Friday, 6 April 2012

Akulturasi Karya Seni

Banyak sekali Akulturasi budaya , bangunan , pakaian , adat kebiasaan maupun karya seni yang ada di Nusantara ini. Namun yang akan kita bahas disini adalah Akulturasi karya seni yang pada fokusnya yaitu Keroncong.

Siapa bilang musik keroncong itu ketinggalan jaman? tidak mampu mengikuti jaman? . justru pada kenyataannya musik keroncong dapat pula di adaptasikan dengan genre genre lain. Seperti contoh yang paling kita kenal yaitu : Bondan Prakoso yang telah mampu memadukan musik keroncong dengan rap menjadi alunan musik yang sangat indah . Dari situ kita bisa menyimpulkan bukan?? kalau musik keroncong itu dapat berkembang dan memang seharusnya kita kembangkan sebagai wujud warga indonesia yang cinta tanah air dan cinta budayanya 

Selain Bondan adapula kemunculan Akulturasi seni kroncong di daerah Bandung. Musik keroncong di daerah ini malah berbalut irama Mandarin. Musik ini diperkenalkan pertama kali oleh Harmony Chinese Music Group, pada Festival Keroncong Internasional ( FKI ) di Solo setahun lalu. Kelompok musik yang digawangi Andry ini, berhasil membuat satu akulturasi dari 2 aliran musik yang berbeda. Musik keroncong dan musik Mandarin yang bernuansa tradisional yang menghasilkan satu karya seni yang penuh harmoni. Andry pun menjelaskan, "Keroncong Mandarin adalah musik keroncong yang dibawakan dengan peralatan musik Mandarin. Sementara, langgamnya tetap keroncong, sehingga hasilnya tak terlalu beda jauh dengan keroncong asli. Hanya saja kesan dan nuansanya jadi lain. Sebab, ada harmoni yang menyatu dengan antara langgam dengan Mandarin".

Dan kalau kita sedikit pelajari sejarahnya, musik keroncong adalah bawaan dari kaum kolonialis yaitu Portugis. berawal dari jatuhnya malaka dari Portugis ke Belanda (1648) muncullah para tawanan perang yang umumnya berasal
dari keturunan Bengali, Goa (India), Malabar, Maluku, Asia, Malaka dan Opsir Portugis. Para tawanan ini kemudian dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta namanya) dan ditempatkan di kawasan yang waktu itu disebut Tanah Serani
(Jakarta Utara). Kini kawasan tersebut dikenal sebagai Kampung Tugu. Nah.. di daerah inilah para tawanan memainkan musik fado, sejenis musik yang memiliki hubungan historis dengan Portugis. Bentuk awal musik fado disebut moresco yang diiringi oleh alat musik dawai (ukelele). Dirunut dari kisahnya, musik jenis moresco adalah irama tari Bangsa Mor yang tumbuh di Portugal dan Spanyol pada abad ke-15, lalu dikenal di Belanda pada abad ke-16.
(J.B.Kristanto,2000:419). 

Seperti efek domino, moresco cepat terkenal dan diminati banyak kalangan. Sekitar abad ke-19, moresco sudah dikenal dengan nama Musik Keroncong. Keroncong pun akhirnya menyebar ke Nusantara mulai dari Yogyakarta, Solo, Bahkan keluar negeri. Salah satunya mewabah di Johor, Malaysia. 


Referensi : http://kotamanusia.wordpress.com/201...musik-berbeda/
http://melayuonline.com/ind/culture/...n-irama-melayu

Artikel Terkait

Akulturasi Karya Seni
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email